Selamat pagi, Comrades!
Sudah lama juga saya ngga nulis untuk blog ini. Sampai bulan lalu sih masih under construction, berkat bantuan Om Bisot, yang berbaik hati membuat desain dan mengonversi URL blog ini menjadi domain sendiri, dari firstavina.blogspot.com menjadi firstavina.net -- lho, kenapa bukan firstavina.com ?? Hehehe.. Maklum, domain firstavina.com sudah saya pakai sendiri untuk situs wordpress saya yang lama, meski kurang populer. Hehehe..
However, saya terpikir untuk membuat sesuatu yang berbeda di blog firstavina.net ini. Bukan sekadar entry cerpen dan opini atas hal-hal yang saya sukai, tapi juga cerita berbeda yang benar-benar soal sehari-hari. Yaitu, "traffic stories".
Tidak bisa dipungkiri, sebagai warga Tangerang Selatan yang bekerja di Jakarta, dengan jarak tempuh 25 km sekali jalan, butuh waktu setidaknya 1 jam (dengan motor/ojek) atau 2 - 2,5 jam (dengan mobil) perjalanan dari rumah ke kantor dan sebaliknya. Dalam rentang waktu dan jarak tersebut, banyak cerita lucu, konyol, mengesalkan, dan juga inspiratif yang saya dapat, tapi belum pernah saya rekam menjadi tulisan.
Selain itu juga, saya ingin kembali produktif menulis, agar tidak karatan kemampuan ini. Sebagai editor, pekerjaan saya memang tak pernah jauh-jauh dari komputer dan tulisan. Hanya saja, pekerjaan tersebut lebih banyak mengopreki tulisan orang lain dibandingkan membuat tulisan sendiri. Setidaknya melalui blog ini saya bisa menyalurkan hasrat menulis, sekaligus (semoga!) bisa produktif kembali.
Sebelumnya, saya perlu menjelaskan, setiap harinya saya start berangkat dari rumah (di Pondok Cabe) pada waktu yang variasi--antara pukul 05.15 sampai 09.00--kalau kesiangan bangun. hehehe.. Pada dasarnya, berangkat di jam-jam tersebut, hasilnya sama: perjalanan pasti macet. Namun, setahun terakhir, saya belajar bahwa betul ada waktu-waktu tertentu dimana pengendara bisa bernafas sedikit lega, karena lalulintas hanya Ramai Lancar (RamLan), tidak sampai Padat Merayap (PaMer). Karena kalau sudah PaMer, konsekuensinya sama: emosional, dan ini tidak baik untuk kesehatan. :)
Kalau berangkat dengan motor, saya biasa mengambil jalur Cirendeu (yang lebih dekat, tapi lebih PaMer). Sedangkan berangkat dengan mobil, saya pasti mengambil jalur Ciputat (yang lebih jauh, tapi lebih RamLan), karena jalanannya lebih lebar dan ada separator yang jelas. Sepanjang jalan Cirendeu tidak ada separator. Maklum, lebar jalanan Cirendeu lebih sempit dan ini merupakan jalur lama, juga banyak "ranjau"-nya, alias lubang-lubang. Ciputat itu jalur baru, lebih lebar dan lebih sedikit lubang---kecuali di depan SPBU Pasar Ciputat Permai, di seberang Pool Blue Bird Ciputat.
Titik macet di Cirendeu biasanya terletak di perempatan Gaplek, pertigaan Universitas Terbuka (UT) - Jl. Kemiri, pertigaan Pisangan (dan panjang macetnya bisa sampai Bandara Pondok Cabe), pertigaan Sevel di Pasar Cirendeu, belokan SPBU sampai tanjakan Tamarind Lane, sampai pertigaan Lebak Bulus - Adhyaksa.
Sedangkan titik macet di Ciputat biasanya di perempatan Gaplek (maklum, pengendara dari Sawangan, Parung dan Pamulang semuanya lewat sini), belokan RS Sari Asih - Pasar Ciputat Permai, menjelang Fly Over Ciputat (karena banyak angkot dan bus besar ngetem di pinggir jalan), kampus UIN (macetnya sampai Fly Over Ciputat), pertigaan Pahlawan (Rempoa) - Situ Gintung dan belokan Pasar Jumat.
Selepas Lebak Bulus, kalau kita lewat Adhyaksa, macet pasti di pertigaan Hotel Mercure---karena pertemuan kendaraan dari Pamulang/Pondok Cabe, Pondok Labu dan TB Simatupang. Macetnya ini karena banyak kendaraan berbelok ke Lebak Bulus dan/atau ke Pondok Pinang/Pondok Indah, jadi macet itu gegara traffic light (rambu lampu merah) Pondok Indah. Kemacetan akan berlangsung di sepanjang Pondok Indah sampai underpass Pondok Indah Mall. Biasanya macet ini gegara badan jalan habis oleh mobil yang akan ke arah Radio Dalam, tapi mengambil jalur kanan, sehingga menghalangi pengendara yang akan masuk underpass menuju Jl. Arteri arah Gandaria.
Sementara itu, kalau kita memilih lewat Pasar Jumat - Lebak Bulus kemudian Fed Ex dan Pondok Pinang (saya menyebutnya jalur Pondok Pinang), titik macet adalah di Sespolwan (karena banyak angkot/bus ngetem) sampai rambu lampu Fed Ex - pintu tol JORR Veteran. Selepas Fed Ex, macet akan kembali terjadi di titik Deplu, H. Muhi, sampai jembatan kompleks Perhubungan. Agak lancar di area Pool Blue Bird Pondok PInang, jalanan akan macet kembali di pertigaan Tanah Kusir - Kebayoran Lama, karena ramainya kendaraan dari Bintaro, Tanah Kusir dan dari Pondok Pinang. Kemacetan akan terus berlangsung sampai Jl. Praja (Polsek Kebayoran Lama) dan Bungur. Saya biasanya lanjut mengambil jalur Pasar Kebayoran Lama. Naaah, akhir-akhir ini macet luar biasa di daerah tersebut, buntutnya bisa sampai pintu kereta api Kebayoran Lama. Baik jalur Stasiun Kby. Lama dan jalur Pakubuwono, pasti sama-sama macet.
Kalau jalur Simprug - Pakubuwono biasanya macet karena jalurnya menjadi bottleneck (mengecil, dari 3 - 4 jalur menjadi 2 jalur). Kendaraan yang keluar-masuk Univ. Binus juga sering menjadi biang kerok kemacetan. Kalau saya ambil jalur Simprug, setidaknya kemacetan akan terjadi juga di pertigaan Patra Jasa. Lancar, kemudian akan PaMer kembali di belokan Tentara Pelajar (arah Patal Senayan - Pal Merah). Kalau jalur ke Permata Hijau - Jalan Panjang juga macet, yaa alamat semuanya akan macet sampai Mercedez Benz Simprug.. *keluh*
Jika saya berada di Jl. Tentara Pelajar, saya akan berbelok ke kanan, melintasi pintu kereta, ke arah Senayan Golf - Patal Senayan. Dua bulan terakhir, kemacetan luar biasa juga sering terjadi di Patal Senayan, padahal 06.00-10.00 WIB itu jalur di sini searah (ke Asia Afrika - Senayan). Macetnya itu sampai rambu lampu merah depan Hotel Mulia. Nahhh.. sama seperti saya bilang di atas, dua bulan terakhir ini macetnya itu juga akan terjadi di depan TVRI Senayan sampai ke belokan Farmasi TNI AL. Kenapa? Karena semua kendaraan menghindari jalur 3 in 1 Gatot Subroto - Semanggi, jadi semuanya berbelok ke arah Farmasi - Bendungan Hilir (Benhil). Kadang kendaraan yang antre untuk berbelok ke Benhil ini mengambil jalur kiri dan kanannya, sehingga menghalangi pengendara yang akan mengambil jalur Gatot Subroto (kanan) atau DPR/MPR - Slipi (kiri).
Awas, jangan sekali-kali tertipu "lancar" di jalur kiri. Saya pernah tertipu. Karena melihat jalur ke arah Benhil ini antreannya luar biasa panjang (fly over Senayan sampai TVRI) saya berbelok ke DPR/MPR, berharap bisa lewat Slipi Kolong, belok kanan, masuk ke jalur Pejompongan atau lurus lagi dan belok di Lumba-lumba TNI AL. Eeeeh ngga taunya di depan DPR/MPR itu sama juga macetnya gilaaaa...! *fiuhh* Mau ngga mau saya berbelok lagi ke Manggala Wanabakti, belok kiri lagi ke Bakso Lapangan Tembak (gerbang belakang DPR/MPR) lalu back to square one: TVRI Senayan. Horeeee! Alhasil, habislah 40 menit saya hanya untuk kembali ke titik awal.. *gubraks*
Oh ya, bisa juga saya mengambil jalur Pakubuwono dari Kebayoran Lama. Tapi sudah pasti akan kena macet di depan Apartemen Pakubuwono Tower, memanjang sampai Martimbang dan terus sampai ke Hang Tuah dan jalur Kampus Moestopo, all the way to Jl. Asia Afrika. Konyolnya, seringkali macet luar biasa di jalur Hang Tuah itu gegara hal bodoh: belokan Moestopo, dimana mobil biasanya pelan-pelan karena mau masuk kampus atau parkir di pinggir jalannya. Ditambah lagi, sebelah kampus Moestopo Beragama sekarang ada pom bensin. Lengkap sudah... *tepok jidat*
Kalau sudah melewati rambu lampu STC Senayan, nah ke sananya biasanya aman. Macetnya ngga akan terlalu signifikan sampai rambu lampu di perempatan GOR/Gelora Bung Karno. Tapi, seperti saya bilang tadi di atas, lalulintas dari Simprug/Patal Senayan akan bertemu di pertigaan Patal Senayan dan macetlah kembali di situ. Apalagi dengan maraknya joki 3 in 1, banyak mobil mengambil joki, mengakali agar boleh masuk jalur 3 in 1. Selanjutnya, ya kembali ke cerita TVRI Senayan di atas itu..
Saya baru bisa bernafas lega jika sudah tiba di area danau-danauan (TNI-AL). Selepas Ladokgi dan berbelok ke Danau Poso atau ke Danau Buyan, pokoknya pada akhirnya akan tiba di Jl. Danau Toba--kantor saya.
Heuh.. menjelaskan jalur yang saya ambil sehari-hari saja sudah menjadi satu cerita sendiri ya? Malahan kesannya saya hapal banget situasi jalanan. Hehehehe.. Begitulah. Daripada stres, saya mencari cara bagaimana agar perjalanan yang dihiasi macet ini lebih nikmat. Salah satu caranya adalah dengan mengamati sekeliling dan berpikir untuk menuliskannya di blog. So, here we are..
Oke, entry pertama saya tentang "traffic stories" di blog ini cukup segini dulu. Nanti saya sambung kembali dengan cerita lain: apa saja yang saya lihat sepanjang perjalanan? :)
Mudah-mudahan entry-nya bisa setiap hari. At least, update setiap workday (Senin - Jumat).
Sampai berjumpa kembali di tulisan selanjutnya. ;)
Have a pleasant Thursday, Comrades!
Sudah lama juga saya ngga nulis untuk blog ini. Sampai bulan lalu sih masih under construction, berkat bantuan Om Bisot, yang berbaik hati membuat desain dan mengonversi URL blog ini menjadi domain sendiri, dari firstavina.blogspot.com menjadi firstavina.net -- lho, kenapa bukan firstavina.com ?? Hehehe.. Maklum, domain firstavina.com sudah saya pakai sendiri untuk situs wordpress saya yang lama, meski kurang populer. Hehehe..
However, saya terpikir untuk membuat sesuatu yang berbeda di blog firstavina.net ini. Bukan sekadar entry cerpen dan opini atas hal-hal yang saya sukai, tapi juga cerita berbeda yang benar-benar soal sehari-hari. Yaitu, "traffic stories".
Tidak bisa dipungkiri, sebagai warga Tangerang Selatan yang bekerja di Jakarta, dengan jarak tempuh 25 km sekali jalan, butuh waktu setidaknya 1 jam (dengan motor/ojek) atau 2 - 2,5 jam (dengan mobil) perjalanan dari rumah ke kantor dan sebaliknya. Dalam rentang waktu dan jarak tersebut, banyak cerita lucu, konyol, mengesalkan, dan juga inspiratif yang saya dapat, tapi belum pernah saya rekam menjadi tulisan.
Selain itu juga, saya ingin kembali produktif menulis, agar tidak karatan kemampuan ini. Sebagai editor, pekerjaan saya memang tak pernah jauh-jauh dari komputer dan tulisan. Hanya saja, pekerjaan tersebut lebih banyak mengopreki tulisan orang lain dibandingkan membuat tulisan sendiri. Setidaknya melalui blog ini saya bisa menyalurkan hasrat menulis, sekaligus (semoga!) bisa produktif kembali.
Sebelumnya, saya perlu menjelaskan, setiap harinya saya start berangkat dari rumah (di Pondok Cabe) pada waktu yang variasi--antara pukul 05.15 sampai 09.00--kalau kesiangan bangun. hehehe.. Pada dasarnya, berangkat di jam-jam tersebut, hasilnya sama: perjalanan pasti macet. Namun, setahun terakhir, saya belajar bahwa betul ada waktu-waktu tertentu dimana pengendara bisa bernafas sedikit lega, karena lalulintas hanya Ramai Lancar (RamLan), tidak sampai Padat Merayap (PaMer). Karena kalau sudah PaMer, konsekuensinya sama: emosional, dan ini tidak baik untuk kesehatan. :)
Kalau berangkat dengan motor, saya biasa mengambil jalur Cirendeu (yang lebih dekat, tapi lebih PaMer). Sedangkan berangkat dengan mobil, saya pasti mengambil jalur Ciputat (yang lebih jauh, tapi lebih RamLan), karena jalanannya lebih lebar dan ada separator yang jelas. Sepanjang jalan Cirendeu tidak ada separator. Maklum, lebar jalanan Cirendeu lebih sempit dan ini merupakan jalur lama, juga banyak "ranjau"-nya, alias lubang-lubang. Ciputat itu jalur baru, lebih lebar dan lebih sedikit lubang---kecuali di depan SPBU Pasar Ciputat Permai, di seberang Pool Blue Bird Ciputat.
Titik macet di Cirendeu biasanya terletak di perempatan Gaplek, pertigaan Universitas Terbuka (UT) - Jl. Kemiri, pertigaan Pisangan (dan panjang macetnya bisa sampai Bandara Pondok Cabe), pertigaan Sevel di Pasar Cirendeu, belokan SPBU sampai tanjakan Tamarind Lane, sampai pertigaan Lebak Bulus - Adhyaksa.
Sedangkan titik macet di Ciputat biasanya di perempatan Gaplek (maklum, pengendara dari Sawangan, Parung dan Pamulang semuanya lewat sini), belokan RS Sari Asih - Pasar Ciputat Permai, menjelang Fly Over Ciputat (karena banyak angkot dan bus besar ngetem di pinggir jalan), kampus UIN (macetnya sampai Fly Over Ciputat), pertigaan Pahlawan (Rempoa) - Situ Gintung dan belokan Pasar Jumat.
Selepas Lebak Bulus, kalau kita lewat Adhyaksa, macet pasti di pertigaan Hotel Mercure---karena pertemuan kendaraan dari Pamulang/Pondok Cabe, Pondok Labu dan TB Simatupang. Macetnya ini karena banyak kendaraan berbelok ke Lebak Bulus dan/atau ke Pondok Pinang/Pondok Indah, jadi macet itu gegara traffic light (rambu lampu merah) Pondok Indah. Kemacetan akan berlangsung di sepanjang Pondok Indah sampai underpass Pondok Indah Mall. Biasanya macet ini gegara badan jalan habis oleh mobil yang akan ke arah Radio Dalam, tapi mengambil jalur kanan, sehingga menghalangi pengendara yang akan masuk underpass menuju Jl. Arteri arah Gandaria.
Sementara itu, kalau kita memilih lewat Pasar Jumat - Lebak Bulus kemudian Fed Ex dan Pondok Pinang (saya menyebutnya jalur Pondok Pinang), titik macet adalah di Sespolwan (karena banyak angkot/bus ngetem) sampai rambu lampu Fed Ex - pintu tol JORR Veteran. Selepas Fed Ex, macet akan kembali terjadi di titik Deplu, H. Muhi, sampai jembatan kompleks Perhubungan. Agak lancar di area Pool Blue Bird Pondok PInang, jalanan akan macet kembali di pertigaan Tanah Kusir - Kebayoran Lama, karena ramainya kendaraan dari Bintaro, Tanah Kusir dan dari Pondok Pinang. Kemacetan akan terus berlangsung sampai Jl. Praja (Polsek Kebayoran Lama) dan Bungur. Saya biasanya lanjut mengambil jalur Pasar Kebayoran Lama. Naaah, akhir-akhir ini macet luar biasa di daerah tersebut, buntutnya bisa sampai pintu kereta api Kebayoran Lama. Baik jalur Stasiun Kby. Lama dan jalur Pakubuwono, pasti sama-sama macet.
Kalau jalur Simprug - Pakubuwono biasanya macet karena jalurnya menjadi bottleneck (mengecil, dari 3 - 4 jalur menjadi 2 jalur). Kendaraan yang keluar-masuk Univ. Binus juga sering menjadi biang kerok kemacetan. Kalau saya ambil jalur Simprug, setidaknya kemacetan akan terjadi juga di pertigaan Patra Jasa. Lancar, kemudian akan PaMer kembali di belokan Tentara Pelajar (arah Patal Senayan - Pal Merah). Kalau jalur ke Permata Hijau - Jalan Panjang juga macet, yaa alamat semuanya akan macet sampai Mercedez Benz Simprug.. *keluh*
Jika saya berada di Jl. Tentara Pelajar, saya akan berbelok ke kanan, melintasi pintu kereta, ke arah Senayan Golf - Patal Senayan. Dua bulan terakhir, kemacetan luar biasa juga sering terjadi di Patal Senayan, padahal 06.00-10.00 WIB itu jalur di sini searah (ke Asia Afrika - Senayan). Macetnya itu sampai rambu lampu merah depan Hotel Mulia. Nahhh.. sama seperti saya bilang di atas, dua bulan terakhir ini macetnya itu juga akan terjadi di depan TVRI Senayan sampai ke belokan Farmasi TNI AL. Kenapa? Karena semua kendaraan menghindari jalur 3 in 1 Gatot Subroto - Semanggi, jadi semuanya berbelok ke arah Farmasi - Bendungan Hilir (Benhil). Kadang kendaraan yang antre untuk berbelok ke Benhil ini mengambil jalur kiri dan kanannya, sehingga menghalangi pengendara yang akan mengambil jalur Gatot Subroto (kanan) atau DPR/MPR - Slipi (kiri).
Awas, jangan sekali-kali tertipu "lancar" di jalur kiri. Saya pernah tertipu. Karena melihat jalur ke arah Benhil ini antreannya luar biasa panjang (fly over Senayan sampai TVRI) saya berbelok ke DPR/MPR, berharap bisa lewat Slipi Kolong, belok kanan, masuk ke jalur Pejompongan atau lurus lagi dan belok di Lumba-lumba TNI AL. Eeeeh ngga taunya di depan DPR/MPR itu sama juga macetnya gilaaaa...! *fiuhh* Mau ngga mau saya berbelok lagi ke Manggala Wanabakti, belok kiri lagi ke Bakso Lapangan Tembak (gerbang belakang DPR/MPR) lalu back to square one: TVRI Senayan. Horeeee! Alhasil, habislah 40 menit saya hanya untuk kembali ke titik awal.. *gubraks*
Oh ya, bisa juga saya mengambil jalur Pakubuwono dari Kebayoran Lama. Tapi sudah pasti akan kena macet di depan Apartemen Pakubuwono Tower, memanjang sampai Martimbang dan terus sampai ke Hang Tuah dan jalur Kampus Moestopo, all the way to Jl. Asia Afrika. Konyolnya, seringkali macet luar biasa di jalur Hang Tuah itu gegara hal bodoh: belokan Moestopo, dimana mobil biasanya pelan-pelan karena mau masuk kampus atau parkir di pinggir jalannya. Ditambah lagi, sebelah kampus Moestopo Beragama sekarang ada pom bensin. Lengkap sudah... *tepok jidat*
Kalau sudah melewati rambu lampu STC Senayan, nah ke sananya biasanya aman. Macetnya ngga akan terlalu signifikan sampai rambu lampu di perempatan GOR/Gelora Bung Karno. Tapi, seperti saya bilang tadi di atas, lalulintas dari Simprug/Patal Senayan akan bertemu di pertigaan Patal Senayan dan macetlah kembali di situ. Apalagi dengan maraknya joki 3 in 1, banyak mobil mengambil joki, mengakali agar boleh masuk jalur 3 in 1. Selanjutnya, ya kembali ke cerita TVRI Senayan di atas itu..
Saya baru bisa bernafas lega jika sudah tiba di area danau-danauan (TNI-AL). Selepas Ladokgi dan berbelok ke Danau Poso atau ke Danau Buyan, pokoknya pada akhirnya akan tiba di Jl. Danau Toba--kantor saya.
Heuh.. menjelaskan jalur yang saya ambil sehari-hari saja sudah menjadi satu cerita sendiri ya? Malahan kesannya saya hapal banget situasi jalanan. Hehehehe.. Begitulah. Daripada stres, saya mencari cara bagaimana agar perjalanan yang dihiasi macet ini lebih nikmat. Salah satu caranya adalah dengan mengamati sekeliling dan berpikir untuk menuliskannya di blog. So, here we are..
Oke, entry pertama saya tentang "traffic stories" di blog ini cukup segini dulu. Nanti saya sambung kembali dengan cerita lain: apa saja yang saya lihat sepanjang perjalanan? :)
Mudah-mudahan entry-nya bisa setiap hari. At least, update setiap workday (Senin - Jumat).
Sampai berjumpa kembali di tulisan selanjutnya. ;)
Have a pleasant Thursday, Comrades!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar