Sharing romantisme yg Islami, sambil me-refresh ilmu. Mengutip dari Teh Tia Rostiana, kawan baik saya di kantor. ^_^
"Cintaku seperti Ilmu Tajwid"
Saat pertama kali berjumpa denganmu, aku bagai berjumpa dengan saktah, hanya bisa terpana dengan menahan nafas sebentar...
Aku di matamu mungkin bagaikan "nun" mati di antara idghom billaghunah; terlihat, tapi dianggap tak ada....
Aku ungkapkan maksud dan tujuan perasaanku seperti idzhar, jelas dan terang....
Jika "mim" mati bertemu "ba" disebut ikfa syafawi, maka jika aku bertemu dirimu, itu disebut cinta....
Sejenak pandangan kita bertemu, lalu tiba-tiba semua itu seperti idgham mutamaatsilain, melebur jadi satu....
Cintaku padamu seperti mad wajibmuttasil, paling panjang di antara yang lainnya.....
Setelah kau terima cintaku,hatiku rasanya seperti qalqalah kubro, terpantul-pantul dengan keras....
Dan akhirnya setelah lama kita bersama, cinta kita seperti iqlab, ditandai dengan dua hati yang menyatu.....
Sayangku padamu seperti mad thobi'i dalam Al Quran: buanyakkkk benerrrrrrrr.....
Semoga dalam hubungan kita ini seperti idgham bilaghunnah, yang cuma berdua, "lam" dan "ro"......
Meski perhatianku tak terlihat seperti "alif lam syamsiah", tapi cintaku padamu seperti "alif lam qomariah"; terbaca jelas......
Kau dan aku seperti idgham mutaqooribain, perjumpaan dua huruf yang sama makhraj-nya tapi berlainan sifatnya.....
Dan layaknya huruf tafkhim,namamu bercetak tebal di pikiranku....
Semoga aku menjadi yang terakhir untuk kamu, seperti mad aridlisukun.
^_^
3 komentar:
jika "aku" adalah "nun" maka sudah sepatutnya cinta itu ibarat "Idhar"
Jelas, tidak boleh ditahan, dan tidak disamarkan...
*suka banget dengan tulisan mbak nin yang ini (y)
kalau begitu setiap lelaki akan berusaha mencari mencapai batas maksimalnya seperti Saktah (Saktah Lathifah) yang di alquran hanya ada 4 saja :)
Posting Komentar