28 September 2012

Hai Manusia, Tahan Amarahmu! :)

Pagi ini saya mendengarkan ceramah dari radio streaming yang dipasang oleh kawan saya, Benny, yang duduk di depan saya. Kebetulan pembahasannya adalah soal "menahan marah". Wah, saya jadi teringat kalau saya memang sangat perlu belajar menahan marah.

Sayangnya, ceramahnya sulit didengar dengan baik. Maklum, kantor saya ini ramai dan meja kami disusun saling berdekatan tanpa private cubicle. Malah lebih mirip warnet, hehehehe.. Saya hanya menangkap sang da'i menyebutkan Surat Ali Imran (QS.3) .....dan orang-orang yang menahan amarahnya serta memaafkan kesalahan orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.

Daripada saya keliru mengerti atau mengutip, sayapun googling. Mengumpulkan informasi tentang ini dengan keyword "Allah menyukai orang yang menahan amarah."

Ada beberapa artikel yang menarik minat baca saya. First of all, saya lengkapi Surat Ali Imran yang disebutkan Da'i di radio tadi:

"133. Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, 
134. (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan." (QS.3 Ali Imran: 133-134)

Farrell lagi marah-marah :)
Nah... Jadi, orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan kesalahan orang itu termasuk ke dalam golongan orang-orang yang bertakwa. Dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan. Siapa sih yang nggak mau disukai Allah? :)

Meski begitu, bukan berarti marah itu haram. Boleh-boleh aja marah. Manusiawi kok. Tapi, marahlah dengan cerdas dan tidak berlebihan apalagi melewati batas. Dan, lebih bagus lagi, tahanlah!

Soalnya, kalau nggak nahan marah, efeknya malah jelek buat kehidupan. Secara ilmu medis, ternyata marah tu punya efek samping yang nggak bagus untuk tubuh. Pertama, ketika kita marah (kehilangan kendali), tekanan darah mendadak meningkat dan napas menjadi cepat, secepat ketika kita siap berantem (buat yang pernah hantam-hantaman, pasti mengenali "gejala" ini). Pada kasus tertentu tekanan darah meningkat. Nah, tekanan darah tinggi ini bisa membuat kepala sakit mendadak *saya sering merasakan ini nih* Gawatnya, kalau ini terjadi dalam jangka panjang, bisa meningkatkan risiko serangan jantung. *nah lho!!* Dan, saat marah, suhu badan kita juga naik, menyebabkan badan gampang keringetan. Efeknya keringat berlebih, tebak sendiri aja deh. hehe..

Kedua, marah itu melelahkan. Energi yang dibakar ketika marah tu ternyata besar sekali. Tanpa sadar, tenaga kita terkuras. Akibatnya, kalau lagi kerja, yaa kita jadi gampang capek.

Ketiga, menyebabkan depresi. Maklum, namanya marah itu kan hormon adrenalin kita meningkat. Kalau terus-terusan meningkat, kita jadi stres, dan ujung-ujungnya depresi. Lha, manusia depresi itu kan tingkahnya aneh-aneh, ya makin banyak merokoklah atau minum-minuman beralkohol. Padahal, kalau menurut saya nih, minum minuman beralkohol justru menambah kita makin stres/depresi. Apalagi ngeliat tagihan yang tertera di struk pembayaran setelah memesan minuman beralkohol itu. Minimal pingsan lah, kalau ngga serangan jantung dan mati sih.. *sadis* :)

Btw, mati dalam keadaan marah tu sudah bisa dipastikan bukan khusnul khotimah. Hiiiiy, semoga Allah menjauhkan kita dari akhir hidup yang buruk!

Keempat, sulit tidur. Pastinya dong! Kalau ada orang yang suka marah-marah trus dia juga suka tidur, itu berarti orang yang aneh. Maksudnya, orang yang suka marah itu kan berarti gelisah melulu, jadi seharusnya sih membuat kita jadi susah tidur. Kan gawat kalau ujung-ujungnya jadi insomnia. Dan, kita semua tau, orang yang tidur/istirahatnya kurang tu bakal bertingkah makin ajaib, uring-uringan dan makin negatif. Yaa jadi lingkaran setan dong, gak kelar-kelar marahnya.

Kelima, membuat kita (merasa) terasing. Karena kita negatif melulu, akhirnya orang lain ngga pada suka sama kita. Kitapun merasa dicuekin atau dipandang dengan tatapan "jijay" oleh orang lain. Nggak dihormati, karena kita ngga bisa menghormati mereka. Nggak enak, akhirnya menyendiri deh. Ujung-ujungnya jadi asosial yang ucapannya selalu sarkastik alias ngga mengenakkan, selalu menyakiti, dan selalu mengeluh, "Nobody understands me!!" ---> Padahal kan yang dodol dia sendiri. Salah sendiri kok membiarkan diri jadi pemarah, ngga bisa mengendalikan emosi dan ngga mau belajar mendidik diri agar bisa menahan marah.

Lagi-lagi, kemarahan menjebak kita ke dalam lingkaran setan, gak kelar-kelar tu marah..

Keenam, kita semua tau, kita selalu membuat keputusan yang buruk saat marah.

Rasanya ngga perlu dijelaskan lebih lanjut soal yang satu ini. We all know to "never make any decision while we're mad." :)

Lalu, gimana caranya menahan marah?

Saya mikir, mungkin kita harus termotivasi untuk bisa menahan amarah. Motivasi buat saya adalah dari sisi agama. Berhubung saya Muslim dan agama saya Islam, maka inilah "ilmu menahan marah" yang saya dapatkan. Izinkan saya sharing yaa!

Saya mengutip dari blog seseorang di sini (FYI, isi blognya bagus-bagus!):

Syeikh Imam al-Ghazali, dalam Kitab Ihya’ Ulumuddin nya mengatakan, “Barangsiapa tidak marah, maka ia lemah dari melatih diri. Yang baik adalah, mereka yang marah namun bisa menahan dirinya.”

Tiga hal termasuk akhlak keimanan yaitu, orang yang jika marah, kemarahannya tidak memasukkanya kedalam perkara batil,  jika senang maka kesenangannya tidak mengeluarkan dari kebenaran dan jika dia mampu dia tidak melakukan yang tidak semestinya.

Maka wajib bagi setiap muslim menempatkan nafsu amarahnya terhadap apa yang dibolehkan oleh Allah Swt, tidak melampaui batas terhadap apa yang dilarang sehingga nafsu amarahnya tidak mengarah kepada kemaksiatan, kemunafikan apalagi sampai kepada kekafiran.  Kita harus melatih diri kita agar tidak menjadi orang yang mudah marah dan menahan marah kita agar kemarahan kita tidak berlebihan.

Maksudnya, (menurut saya) antara marah dan melatih diri itu ada keterkaitan yang erat. Semakin kita mampu menahan marah artinya semakin pandai pulalah kita melatih diri. Jadi kalaupun merasa marah, sikap marah kita itu tidak akan merusak, menyakiti orang lain, menyebabkan fitnah ataupun menjadikan diri kita dzalim (ini yg dimaksud kalimat "tidak memasukkan ke dalam perkara batil").

Selanjutnya, saya cantumkan hadits yang menyebutkan tentang bagusnya menahan marah. (Saya kutip lagi dari blog-nya Mbak Dewi Yana nih..)

Berikut beberapa hadits tentang keutaman menahan marah:

  1. Rasulullah, SAW bersabda: “Orang kuat itu bukanlah yang menang dalam gulat tetapi orang kuat adalah yang mampu menahan nafsu amarahnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
  2. Dari Ibnu Mas’ud ra Rasulullah, SAW bersabda : “Siapa yang dikatakan paling kuat diantara kalian? Sahabat menjawab : yaitu di antara kami yang paling kuat gulatnya. Beliau bersabda : “Bukan begitu, tetapi dia adalah yang paling kuat mengendalikan nafsunya ketika marah.” (HR. Muslim)
  3. Al Imam Ahmad meriwayatkan hadits dari Anas Al Juba’i , bahwa Rasulullah, SAW bersabda : “Barangsiapa yang mampu menahan marahnya padahal dia mampu menyalurkannya, maka Allah menyeru pada hari kiamat dari atas khalayak makhluk sampai disuruh memilih bidadari mana yang mereka mau.” (HR. Ahmad dengan sanad hasan)
  4. Al Imam Ahmad juga meriwayatkan hadits dari Ibnu Umar, bahwa Rasulullah, SAW bersabda : “Tidaklah hamba meneguk tegukan yang lebih utama di sisi Allah Swt, dari meneguk kemarahan karena mengharap wajah Allah, SWT.” (Hadits shahih riwayat Ahmad)
  5. Al Imam Abu Dawud Rahimahullah mengeluarkan hadits secara makna dari shahabat Nabi, bahwa Rasulullah, SAW bersabda : “Tidaklah seorang hamba menahan kemarahan karena Allah, SWT kecuali Allah, SWT akan memenuhi baginya keamanan dan keimanan.” (HR. Abu Dawud dengan sanad Hasan)
  6. “Dari Abu Hurairah, ra, bahwa seseorang berkata kepada Nabi, SAW : berwasiatlah kepadaku. Beliau bersabda : “jangan menjadi seorang pemarah”. Kemudian diulang-ulang beberapa kali. Dan beliau bersabda : “janganlah menjadi orang pemarah” (HR.      Bukhari) 
  7. Ternyata "Janganlah menjadi pemarah" itu merupakan salah satu wasiat Rasulullah, SAW, lho. Mengingat Rasulullah adalah imam kita (yang Muslim), mari kita ikuti cara beliau. 
Oh ya, saya pribadi termotivasi dengan alasan menahan marah seperti yang disebutkan di poin 4: "Tidaklah hamba meneguk tegukan yang lebih utama di sisi Allah, dari meneguk kemarahan karena mengharap wajah Allah, SWT." ---> Mantab bener ini! :)

Btw, Rasulullah sendiri tidak pernah marah jika mendengar orang lain mencela dirinya, tapi beliau bisa sangat marah (dan tidak diam saja) ketika melihat atau mendengar sesuatu yang dibenci Allah. Tapi, marahnya Rasulullah nggak lebay. Hanya berwajah merah dan berkata-kata dengan bijak.

Bahkan, terhadap pembantu rumah tangganya saja Rasulullah tidak pernah berkata, "Ah" (Maksudnya menghardik karena marah atau tidak suka), tidak pula berkata-kata yang menyakitkan ataupun menuduh. Seperti disebutkan dalam hadits:

Al Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan hadits Anas ra :  “Anas membantu rumah tangga Rasulullah Saw selama 10 tahun, maka tidak pernah beliau berkata kepada Anas : “ah”, sama sekali. Beliau tidak berkata terhadap apa yang dikerjakan Anas : “mengapa kamu berbuat ini.” Dan terhadap apa yang tidak dikerjakan Anas,”Tidakkah kamu berbuat begini.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Makanya, sering-seringlah berdoa (untuk menahan marah) seperti doa Rasulullah yang disebutkan dalam hadits berikut. Rasulullah, SAW bersabda :  “Ya Allah, aku memohon kepada-Mu berbicara yang benar ketika marah dan ridha.” (Hadits shahih riwayat Nasa’i).

Jadi, kalau selama ini cara kita marah ternyata masih salah, yuk kita perbaiki. Nggak ada kata terlambat, kecuali kita keburu dikubur. Hehehe.. 

Tidak ada komentar: