Membaca pengumuman tema baru (tema ke-6) dari #TheKacrutMenulis, yakni Music Box, lagi-lagi membuat saya tersenyum. Apa pasal? Kok ya kamerad Kacruters ini kayak dukun, berhasil membaca pikiran saya. Pasalnya, beberapa hari terakhir saya sedang dirundung "kerinduan" pada kamerads lama saya yang sudah terpisah jarak dan dimensi. Ada yang di kota lain, ada yang di negara lain, bahkan ada pula yang sudah di dunia lain. Salah satunya adalah sahabat sekaligus mantan pacar saya, yang baru saja wafat Maret 2011 lalu. Dan mantan pacar saya inilah yang pernah menjadi "music box" saya.. :)
Believe it or not. He was my music box.
Pertama mengenal dia di tahun 1990. Saya masih bocah SMP kelas 2, dia baru saja menjadi murid pertama SMA Taruna Nusantara, Magelang (angkatan pertama). Kami berkenalan di bus, ketika bus yang saya tumpangi menuju Denpasar (ke kediaman tante saya) terparkir kalem di kapal ferry, menyeberangi Selat Bali. Dia kaget ketika mengetahui kalau saya masih kecil. Dia kira saya anak SMA. Hehehe..
Perkenalan kami berlanjut ke surat menyurat. Maklum, dulu belum kenal fasilitas email atau handphone. Telepon (land line) pun masih sangat jarang dimiliki orang. Saya suka berkorespondensi dengan dia, karena tulisan dia sangat rapi dan indah. Apalagi dia cowok! Suatu fakta yang sangat mengejutkan!!! #lebay :p
Dia sangat pandai berbahasa Inggris. Dan dialah salah satu pendorong saya mahir berbahasa Inggris sampai sekarang. Saya sangat menyayangi dia sebagai sahabat. Begitu pula dia terhadap saya. Lalu, tiba-tiba dia menyatakan cinta, pas saya SMA kelas 1 dan dia SMA kelas 3. Saya kaget, karena tidak mengira ke sini arahnya. Awalnya saya menolak, karena perbedaan agama kami. Saya Muslim dan dia Hindu.
Lalu, beberapa hari kemudian dia mengirimi saya rekaman kaset berisi curhatan dia, diiringi lagu-lagu indah semacam KLa Project "Yogyakarta" dan "Semoga", juga Dewa 19 "Kangen", Java Jive "Kau yang Terindah" dan sebagainya. Rasanya saya masih menyimpan kaset tersebut, meski saya lupa ditaruh di mana. Yang jelas, tidak saya buang.. :p
Tindakan romantis dia seperti itu membuat saya luluh. Lalu akhirnya kami jadian, tanpa memikirkan soal agama. Waktu itu kami berpikir, toh kami masih remaja. Kalaupun hubungan ini berlanjut hingga memasuki jenjang serius, barulah nanti dibahas soal perbedaan agama ini. Tapi itu nanti dibahasnya, tidak sekarang.
Sayangnya, setelah berpacaran, hubungan kami tidak mulus. Lebih disebabkan oleh rasa frustrasi dia yang gagal masuk ke Angkatan Darat, seperti obsesinya selama ini. Memang dia selalu ingin menjadi anggota militer, apalagi di TarNus, dia adalah ketua angkatan dan jadi teladan semua kawan-kawan seangkatan dan adik-adik angkatannya.
Saya sudah katakan bahwa saya siap menemani dia melewati masa-masa buruk itu. Memang itulah yang dia lakukan. Bukan hanya mengungkapkan rasa sedih, dia juga menumpahkan amarah dan frustrasinya itu kepada saya melalui surat-surat tersebut. Saya sudah mencoba mengerti dan mencoba menenangkan, tapi gagal.
Akhir tahun 1993, saya kembali mengunjungi Bali. Niatnya adalah tahun baruan, bersama keluarga, adik saya (dia ikut juga) dan dia. Malam tahun baru itu kami--saya, saudara-saudara, dia dan kawan-kawan kami berdua (ya, dia suka mengenalkan saya kepada kawan-kawannya)---berada di Kuta. Saya sempat menghabiskan waktu dengan dia. Awalnya romantis (he gave me the most romantic kiss, ever. Belum ada yang nyamain sampe sekarang juga. Hahahaha.. Don't tell my husband! ^_^). Sayang, belakangan malah jadi berantakan karena dia melakukan sesuatu yang membuat saya marah, karena dia sengaja membuat saya cemburu dengan melantai bersama bule--entah siapa, dan gayanya mesra. Marah dooong saya!
Dia sempat meminta maaf, dan saya maafkan. Tapi seterusnya, hubungan kami jadi makin dingin. Surat yang biasanya datang setiap minggu, tidak ada lagi. Saya coba menanyakannya, tidak ada respon.
Tahun 1994 berlalu. Pertengahan 1995, tiba-tiba dia menyurati saya lagi. Meminta maaf dan mengajak kembali. Saat itu saya sudah terluka dan tidak mau lagi mengulangi. Saya tidak mau lagi dia sakiti. Tampaknya dia begitu sedih, tapi hati saya sudah bulat. Kami benar-benar berpisah..
Lalu, kenapa saya katakan dia adalah my music box?
Pada suatu malam, ketika saya berada di dalam bus dari Denpasar menuju Bandung (empat hari setelah tahun baru itu), saya memutar lagu Mariah Carey, Music Box di walkman. Lagu tersebut tidak terlalu populer di Indonesia. Meski begitu, tetap saya sangat menyukainya. Selain saya memang suka music box (sempat terobsesi malahan, karena sangat tertarik pada sistem kerja music box! hehehe..), lirik lagu ini memang cantik sekali...
* When I am lost | You shine a light for me | And set me free | When I am low | You wash away my tears | And take me through | The loneliness | And emptiness | Through the darkest night | Somehow I survive | Through it all
[Chorus:] When you tell me I'm the only one you need | Sweet and tenderly | And your love | Breaks away the clouds surrounding me | All I have I want to give to thee
* If I should fall | Your love is strong enough to lift me up | If I'm afraid | You chase away my fears | And take me to | A brighter place | Beyond the rain | And I feel alright | 'Cause your by my side | Through it all
[Chorus]
* You take me through | The loneliness and emptiness | And I feel alright | 'Cause your by my side | Through it all | You tell me I'm the only one you need | Sweet and tenderly | And your love | Just breaks away the clouds surround me | And baby all I have I want to give to thee
^^ Want to give you all of my love | Now and forever my love | All I have I want to give to thee
Setiap bait di lirik tersebut, pernah dia lakukan untuk saya.
...
Yes. He was my music box.
Sebenarnya kami sempat kontak kembali setelah saya jadi single parent di tahun 2000. Komunikasi kami makin intens di tahun 2008 dan 2009 melalui facebook. Tapi 2010, dia seakan menghilang. Telepon, pin bb, tidak ada respon.
Juni 2011, saya sangat shock mengetahui bahwa dia sudah berpulang dua bulan sebelumnya. Saya sempat marah kepada sahabatnya, Mas Luluk--yang juga kenal baik dengan saya--karena tidak memberi tahu saya, toh bagaimanapun, saya dan dia kan pernah dekat dan Mas Luluk tau itu. Mas Luluk mengaku sama shock-nya dengan kepergian dia yang mendadak (tanpa jatuh sakit, tanpa mengeluh), sampai tidak terpikir untuk memberi tahu saya.
Rupanya dia memang dikenal tidak pernah mengungkapkan kesedihan atau keluhan kepada siapapun, bahkan orang tuanya. Hanya kepada saya waktu itu. Hanya kepada saya...
Selamat jalan, Komang Arya Tridarma. The man who once owned my heart. My mentor. My best friend. My music box. Suksma, karena kamu pernah hadir dalam hidupku.. Semoga di sana, Sang Hyang Widhi menjagamu.
Believe it or not. He was my music box.
image: www.antiquesnavigator.com |
Perkenalan kami berlanjut ke surat menyurat. Maklum, dulu belum kenal fasilitas email atau handphone. Telepon (land line) pun masih sangat jarang dimiliki orang. Saya suka berkorespondensi dengan dia, karena tulisan dia sangat rapi dan indah. Apalagi dia cowok! Suatu fakta yang sangat mengejutkan!!! #lebay :p
Dia sangat pandai berbahasa Inggris. Dan dialah salah satu pendorong saya mahir berbahasa Inggris sampai sekarang. Saya sangat menyayangi dia sebagai sahabat. Begitu pula dia terhadap saya. Lalu, tiba-tiba dia menyatakan cinta, pas saya SMA kelas 1 dan dia SMA kelas 3. Saya kaget, karena tidak mengira ke sini arahnya. Awalnya saya menolak, karena perbedaan agama kami. Saya Muslim dan dia Hindu.
Lalu, beberapa hari kemudian dia mengirimi saya rekaman kaset berisi curhatan dia, diiringi lagu-lagu indah semacam KLa Project "Yogyakarta" dan "Semoga", juga Dewa 19 "Kangen", Java Jive "Kau yang Terindah" dan sebagainya. Rasanya saya masih menyimpan kaset tersebut, meski saya lupa ditaruh di mana. Yang jelas, tidak saya buang.. :p
Tindakan romantis dia seperti itu membuat saya luluh. Lalu akhirnya kami jadian, tanpa memikirkan soal agama. Waktu itu kami berpikir, toh kami masih remaja. Kalaupun hubungan ini berlanjut hingga memasuki jenjang serius, barulah nanti dibahas soal perbedaan agama ini. Tapi itu nanti dibahasnya, tidak sekarang.
Sayangnya, setelah berpacaran, hubungan kami tidak mulus. Lebih disebabkan oleh rasa frustrasi dia yang gagal masuk ke Angkatan Darat, seperti obsesinya selama ini. Memang dia selalu ingin menjadi anggota militer, apalagi di TarNus, dia adalah ketua angkatan dan jadi teladan semua kawan-kawan seangkatan dan adik-adik angkatannya.
Saya sudah katakan bahwa saya siap menemani dia melewati masa-masa buruk itu. Memang itulah yang dia lakukan. Bukan hanya mengungkapkan rasa sedih, dia juga menumpahkan amarah dan frustrasinya itu kepada saya melalui surat-surat tersebut. Saya sudah mencoba mengerti dan mencoba menenangkan, tapi gagal.
Akhir tahun 1993, saya kembali mengunjungi Bali. Niatnya adalah tahun baruan, bersama keluarga, adik saya (dia ikut juga) dan dia. Malam tahun baru itu kami--saya, saudara-saudara, dia dan kawan-kawan kami berdua (ya, dia suka mengenalkan saya kepada kawan-kawannya)---berada di Kuta. Saya sempat menghabiskan waktu dengan dia. Awalnya romantis (he gave me the most romantic kiss, ever. Belum ada yang nyamain sampe sekarang juga. Hahahaha.. Don't tell my husband! ^_^). Sayang, belakangan malah jadi berantakan karena dia melakukan sesuatu yang membuat saya marah, karena dia sengaja membuat saya cemburu dengan melantai bersama bule--entah siapa, dan gayanya mesra. Marah dooong saya!
Dia sempat meminta maaf, dan saya maafkan. Tapi seterusnya, hubungan kami jadi makin dingin. Surat yang biasanya datang setiap minggu, tidak ada lagi. Saya coba menanyakannya, tidak ada respon.
Tahun 1994 berlalu. Pertengahan 1995, tiba-tiba dia menyurati saya lagi. Meminta maaf dan mengajak kembali. Saat itu saya sudah terluka dan tidak mau lagi mengulangi. Saya tidak mau lagi dia sakiti. Tampaknya dia begitu sedih, tapi hati saya sudah bulat. Kami benar-benar berpisah..
Lalu, kenapa saya katakan dia adalah my music box?
Pada suatu malam, ketika saya berada di dalam bus dari Denpasar menuju Bandung (empat hari setelah tahun baru itu), saya memutar lagu Mariah Carey, Music Box di walkman. Lagu tersebut tidak terlalu populer di Indonesia. Meski begitu, tetap saya sangat menyukainya. Selain saya memang suka music box (sempat terobsesi malahan, karena sangat tertarik pada sistem kerja music box! hehehe..), lirik lagu ini memang cantik sekali...
* When I am lost | You shine a light for me | And set me free | When I am low | You wash away my tears | And take me through | The loneliness | And emptiness | Through the darkest night | Somehow I survive | Through it all
[Chorus:] When you tell me I'm the only one you need | Sweet and tenderly | And your love | Breaks away the clouds surrounding me | All I have I want to give to thee
* If I should fall | Your love is strong enough to lift me up | If I'm afraid | You chase away my fears | And take me to | A brighter place | Beyond the rain | And I feel alright | 'Cause your by my side | Through it all
[Chorus]
* You take me through | The loneliness and emptiness | And I feel alright | 'Cause your by my side | Through it all | You tell me I'm the only one you need | Sweet and tenderly | And your love | Just breaks away the clouds surround me | And baby all I have I want to give to thee
^^ Want to give you all of my love | Now and forever my love | All I have I want to give to thee
Setiap bait di lirik tersebut, pernah dia lakukan untuk saya.
...
Yes. He was my music box.
Sebenarnya kami sempat kontak kembali setelah saya jadi single parent di tahun 2000. Komunikasi kami makin intens di tahun 2008 dan 2009 melalui facebook. Tapi 2010, dia seakan menghilang. Telepon, pin bb, tidak ada respon.
Juni 2011, saya sangat shock mengetahui bahwa dia sudah berpulang dua bulan sebelumnya. Saya sempat marah kepada sahabatnya, Mas Luluk--yang juga kenal baik dengan saya--karena tidak memberi tahu saya, toh bagaimanapun, saya dan dia kan pernah dekat dan Mas Luluk tau itu. Mas Luluk mengaku sama shock-nya dengan kepergian dia yang mendadak (tanpa jatuh sakit, tanpa mengeluh), sampai tidak terpikir untuk memberi tahu saya.
Rupanya dia memang dikenal tidak pernah mengungkapkan kesedihan atau keluhan kepada siapapun, bahkan orang tuanya. Hanya kepada saya waktu itu. Hanya kepada saya...
Selamat jalan, Komang Arya Tridarma. The man who once owned my heart. My mentor. My best friend. My music box. Suksma, karena kamu pernah hadir dalam hidupku.. Semoga di sana, Sang Hyang Widhi menjagamu.
10 komentar:
omg,baca posting ini pas lg melo smbl dngerin rafika duri yang lelah,sampe nangis sayanyah.manis sekalih
Oh begini toh cerita lengkapnya.. :)
Btw, gue juga kaget bgt pas Nina nanya gue ttg kepergian beliau. Terakhir2 gue taunya kl beliau lg sibuk dg aktivitasnya di suatu partai.
Semoga beliau damai di alam sana.
@ Eny: Jiaaahh En, kok ngepas bangeeedd.. :D
@ Damz: Iya, Damskii.. Nostalgilaaa dehhh.. :P
Soal berita kematian dia, aku sampe marah lhoo ke Mas Luluk, kok dia ngga ngasih tau aku, kan Mas Luluk kenal aku dan tau masa-masa pacaran aku dan Komang dulu (secara sama2 kenalan di bus itu). Hiks..
Aku juga berharap dia sudah menemukan kedamaian di sana.... :)
wow, kaya cerita di film ya :matabelo
aku ga akan bilang mas Ilu mba :p
perbedaan membaur dalam cinta kasih, romantis bgt :)
Membuka kenangan lama terkenang lagi. hiks
@ Tebeh: Jiahhh.. Yang jadi pemeran Nina muda mungkin cocok Nikita Willy ya, Beh? Hahahaha.. #gaktaudiri
Iya Beh, jgn kasih tau Mas Ilu kalau mantanku ini tetep the best kisser ever ya, Beh! #sengajadiperjelas
@ Amanda: Hehehe.. waktu itu kami masih muda, Mbak, jadi yang terpikir hanya mengedepankan perasaan aja. Soal teknis dan keyakinan pribadi bisa belakangan. Such spirit no longer exist when we grow older... :p
@ Riu: Haaaa dasarrrrr RAJA GALAU! #timpuk Riu
and the story writes down... mbak nina pencemburu kelas dewa... ngeri :)
@ Om Icot: Huahahahaha.. Itu kan 18 tahun lalu, Ooooom!! :D
Sekarang udah lebih bijak doooong.. #ehem
Posting Komentar