Good evening comrades! ^_^
Malam ini kebetulan saya berkesempatan ngobrol dengan reporter andal asal Makassar, Surya Rahmah Labetubun. Perempuan yang akrab dipanggil Uyha ini adalah kawan baik saya, sesama "almamater" Rose Heart Writers. ^_^
Sebenarnya beberapa pekan lalu Uyha minta bantuan saya untuk mencermati hasil reportasenya. Hanya saja, saya yang pelupa ini kok ya selalu luput mengingat untuk menulis email pembahasan contoh tulisan yang Uyha kirim itu. *tepok jidat* Maaf ya, adikku sayang.. T_T
Nah, kebetulan malam ini kami sama-sama punya waktu luang. Akhirnya perbincangan kami langsung to the point soal seluk-beluk pemberitaan. Bagaimana memilih lead, pentingkah bakat menulis bagi seorang jurnalis, dan sebagainya. Kebetulan saya pernah bergelut di dunia media (cetak harian) selama hampir 2 tahun, di Jakarta. Sisanya--seperti kamerads ketahui--saya jadi editor (redaktur) di media online p2kp.org atau pnpm-perkotaan.org sejak November 2005. Hehehe.. Yep, hampir 8 tahun nih. ^_^ And I love journalism.
Kesimpulannya, sepertinya pengalaman tersebut yang membuat Uyha percaya, sampai ia meminta pendapat saya. Hohoho.. it's an honor for me, Uyha!
Anyways, dari obrolan kami di whatsapp, saya bilang bahwa bakat tidak menentukan kehebatan seorang reporter. Justru yang menentukannya adalah kemampuan sense of news. Dan bagaimana agar sense of news seorang reporter terasah, ya harus terus dilatih. Terus menulis dan dilarang menyerah. Yep, seorang reporter
itu wajib pede dan militan.
Lalu, iseng saya menantang Uyha untuk membuat berita dari percakapan kami. Sekalian menunjukkan kepada dia bahwa berita itu benar-benar ada di mana-mana. Tidak harus ada gelaran event terlebih dulu. Dan, sesuai seperti yang saya harapkan, Uyha menyambut tantangan tersebut. Excellent, Uyha!! Dua jempol buat kamu..
Inilah hasil tulisan Uyha:
SENSE OF NEWS LEBIH PENTING KETIMBANG BAKAT BAGI SEORANG REPORTER
"Menjadi seorang reporter handal itu bukan soal bakat, tapi soal kejelian melihat berita," tutur editor PNPM Perkotaan, Nina Firstavina.Melalui salah satu jejaring sosialnya, Nina memaparkan beberapa trik untuk membuat tulisan yang bagus bagi seorang reporter.
"Seorang reporter mesti sering melatih kemampuannya dalam melihat angle sebuah berita," ujarnya. Latihan yang perlu dilakukan hanyalah dengan sering membuat tulisan secara rutin dan pantang menyerah. Hal ini akan mengarahkan sang reporter dalam menilai atau melihat berita yang dituliskannya.
Pecinta kucing ini juga memberikan masukan untuk membuat sebuah lead yang bagus, "Untuk membuat lead yang bagus, buatlah lead yang menggigit."Syarat dari lead yang mengigit itu ada 3, yakni merupakan hal yang paling baru, paling unik, atau paling berbeda."Lead menarik juga bisa diambil dari quote statement narasumber atau sikap narasumber yang ajaib," tutur mantan jurnalis salah satu koran kota ini.
Hehehe.. Saya salut dengan ketangkasan dia menulis. Sesuai dengan ciri khas reporter, cepat tanggap dan cepat kerja. ^_^ However, saya menemukan beberapa kelemahan dalam tulisan Uyha di atas. Tapi, really, not bad at all for a news written in 15 minutes. Great job, Uyha!
Waktu saya katakan hasil tulisannya akan saya edit, tampaknya Uyha agak gentar. Eitsss... reporter itu kudu pede. Atau: Pede itu wajib, buat reporter. ^_^ Dan akhirnya dia "pasrah" menyerahkan tulisannya ke "meja redaksi" guna disunting oleh redaktur (yang biasanya) killer--saya. Hohoho...
Inilah hasil editing saya atas tulisan Uyha, dengan lead yang sama. Ya, karena lead-nya sudah baik. Makanya tadi saya bilang, great job!
Bagi Reporter, Sense of News Lebih Penting
Modal utama reporter andal ternyata bukan bakat, melainkan sense of news. Yakni, kejelian si reporter dalam melihat peristiwa untuk diubah menjadi sebuah berita menarik.
"Sense of news juga bukan soal bakat, tapi dipertajam dengan latihan," kata Editor situs PNPM Perkotaan Nina Firstavina kepada hujanhitam.com melalui media komunikasi sosial whatsapp, Sabtu, 19 Oktober 2013.
Menurut Nina, agar sense of news reporter semakin terasah, mereka harus terus menerus melatih dirinya sendiri. "Tidak bisa instan. Kemampuan seperti ini harus terus diasah. Latihlah diri sendiri dalam melihat angle atau sudut pandang suatu peristiwa. Teruslah menulis dan pantang menyerah agar kemampuan diri terus berkembang," ujarnya.
Mantan reporter media cetak nasional di Jakarta ini juga memaparkan, setelah sense of news berikutnya adalah kejelian memilih lead, atau kepala berita. "Tulisan yang bagus itu tergantung kepada kepala berita atau lead-nya. Ada beberapa trik dalam memilih lead yang menggigit," Nina menuturkan. Di antaranya, hal yang paling baru, paling unik, atau paling berbeda untuk diangkat sebagai lead.
"Lead yang menggigit atau menarik biasanya diambil dari statement narasumber, atau bahkan soal sikap narasumber yang dinilai ajaib," tandasnya.
Nah, kalau dicermati hasil editing-nya, tulisan saya cenderung lebih panjang ya? Tapi coba lihat lagi, kalimat-kalimatnya lebih lugas. ^_^ *ngeles* Iyaa.. soalnya ada beberapa hal yang suka dilupakan Uyha, yaitu unsur 5W+ 1H, terutama soal waktu wawancara dan tempatnya. *kelitikin Uyha*
Meski begitu, saya harus akui Uyha sudah melakukan pekerjaan yang baik:
1. Reporter betul-betul bertindak sebagai pewarta/corong/media penyampai dan tidak beropini. *jempol*
2. Pemilihan lead sudah cermat, to the point--tidak mengulang-ulang kalimat langsung dan tidak langsung. *jempol*
3. Yang masih kurang dari Uyha adalah penggunaan keterangan pengganti narasumber. Saya hanya mencantumkan keterangan tambahan yang relevan dengan tulisan, sebagai pendukung kekuatan isi berita (bicara integritas isi tulisan dan kapasitas narasumber)
4. Jagalah fog index. Apa itu? Fog index ialah jumlah kata yang ada dalam satu kalimat. Fog index yang baik berjumlah 11-17 kata per kalimat. Maksimal 21 kata. Lebih dari itu, kalimat akan susah dicerna ataupun dimengerti oleh pembaca. Fog index yang kepanjangan berpotensi membuat berita menjadi rancu. Jadi, Uyha, jagalah fog index-mu. Hehehe..
5. Jangan lupakan 5W+1H ya! Penting banget!! *kelitikin Uyha* Kenapa penting? Gini lho.. kecenderungan orang mau mendengar atau membaca berita adalah jika berita itu menggelitik rasa ingin tahunya.
Diawali dengan teori proximity (kedekatan lokasi/TKP tulisan). Orang Makassar akan lebih tertarik mendengar/membaca berita tentang Makassar dibandingkan berita tentang Afghanistan. Ini teori proximity namanya. Itu soal tempat (where). Gimana soal waktu? Well, siapa sih yang mau dengar/baca berita yang sudah basi? Contoh: Wah...ada kebakaran besar! | Di mana? | Di Pasar Minggu. | Wah...daerah rumah saya tuh, kapan? | Dua minggu lalu. | *plakk*
Yah, setidaknya jadi ketahuan kapan kebakaran itu berlangsung. Ya nggak? ^_^
Yak, satu hal lagi yang bikin saya asli shock adalah ketika Uyha mengirim foto snapshot buku catatan dia yang berisi tips-tips tadi. Waaaahhh! Ternyata dia mencatat semua tips saya itu di buku catatannya. Saya jadi terharuuuu... T_T Uyha tampak senang sekali mendapat ilmu baru, dan saya senang sekali kalau ilmu saya ini bisa berguna untuk sahabat-sahabat. Hiks.. *melap ingus*
Terima kasih, Uyhaaa.. it's an honor for me to share my knowledge with you, and with anyone who wants to really learn. Kamu benar-benar serius dengan karier-mu, Subhanallah. Saya yakin, insyaAllah, suatu saat kamu akan jadi jurnalis besar! Aamiin.. Yang penting teruslah menulis, pertajam kemampuan dan berkembanglah!
Nah, buat comrades lainnya, apapun yang ingin dipelajari, pelajarilah. Seriuslah. Belajar dari semangat Uyha ini. Ayooo, jangan mau kalah... ^_^
Terakhir, Uyhaaa aku minta izin foto catatannya di-share di sini yaa.. Good luck and God's speed.
Love you, little sister.. :*
Malam ini kebetulan saya berkesempatan ngobrol dengan reporter andal asal Makassar, Surya Rahmah Labetubun. Perempuan yang akrab dipanggil Uyha ini adalah kawan baik saya, sesama "almamater" Rose Heart Writers. ^_^
Sebenarnya beberapa pekan lalu Uyha minta bantuan saya untuk mencermati hasil reportasenya. Hanya saja, saya yang pelupa ini kok ya selalu luput mengingat untuk menulis email pembahasan contoh tulisan yang Uyha kirim itu. *tepok jidat* Maaf ya, adikku sayang.. T_T
Nah, kebetulan malam ini kami sama-sama punya waktu luang. Akhirnya perbincangan kami langsung to the point soal seluk-beluk pemberitaan. Bagaimana memilih lead, pentingkah bakat menulis bagi seorang jurnalis, dan sebagainya. Kebetulan saya pernah bergelut di dunia media (cetak harian) selama hampir 2 tahun, di Jakarta. Sisanya--seperti kamerads ketahui--saya jadi editor (redaktur) di media online p2kp.org atau pnpm-perkotaan.org sejak November 2005. Hehehe.. Yep, hampir 8 tahun nih. ^_^ And I love journalism.
Kesimpulannya, sepertinya pengalaman tersebut yang membuat Uyha percaya, sampai ia meminta pendapat saya. Hohoho.. it's an honor for me, Uyha!
Anyways, dari obrolan kami di whatsapp, saya bilang bahwa bakat tidak menentukan kehebatan seorang reporter. Justru yang menentukannya adalah kemampuan sense of news. Dan bagaimana agar sense of news seorang reporter terasah, ya harus terus dilatih. Terus menulis dan dilarang menyerah. Yep, seorang reporter
itu wajib pede dan militan.
Lalu, iseng saya menantang Uyha untuk membuat berita dari percakapan kami. Sekalian menunjukkan kepada dia bahwa berita itu benar-benar ada di mana-mana. Tidak harus ada gelaran event terlebih dulu. Dan, sesuai seperti yang saya harapkan, Uyha menyambut tantangan tersebut. Excellent, Uyha!! Dua jempol buat kamu..
Inilah hasil tulisan Uyha:
==================================================
SENSE OF NEWS LEBIH PENTING KETIMBANG BAKAT BAGI SEORANG REPORTER
"Menjadi seorang reporter handal itu bukan soal bakat, tapi soal kejelian melihat berita," tutur editor PNPM Perkotaan, Nina Firstavina.Melalui salah satu jejaring sosialnya, Nina memaparkan beberapa trik untuk membuat tulisan yang bagus bagi seorang reporter.
"Seorang reporter mesti sering melatih kemampuannya dalam melihat angle sebuah berita," ujarnya. Latihan yang perlu dilakukan hanyalah dengan sering membuat tulisan secara rutin dan pantang menyerah. Hal ini akan mengarahkan sang reporter dalam menilai atau melihat berita yang dituliskannya.
Pecinta kucing ini juga memberikan masukan untuk membuat sebuah lead yang bagus, "Untuk membuat lead yang bagus, buatlah lead yang menggigit."Syarat dari lead yang mengigit itu ada 3, yakni merupakan hal yang paling baru, paling unik, atau paling berbeda."Lead menarik juga bisa diambil dari quote statement narasumber atau sikap narasumber yang ajaib," tutur mantan jurnalis salah satu koran kota ini.
==================================================
Hehehe.. Saya salut dengan ketangkasan dia menulis. Sesuai dengan ciri khas reporter, cepat tanggap dan cepat kerja. ^_^ However, saya menemukan beberapa kelemahan dalam tulisan Uyha di atas. Tapi, really, not bad at all for a news written in 15 minutes. Great job, Uyha!
Waktu saya katakan hasil tulisannya akan saya edit, tampaknya Uyha agak gentar. Eitsss... reporter itu kudu pede. Atau: Pede itu wajib, buat reporter. ^_^ Dan akhirnya dia "pasrah" menyerahkan tulisannya ke "meja redaksi" guna disunting oleh redaktur (yang biasanya) killer--saya. Hohoho...
Inilah hasil editing saya atas tulisan Uyha, dengan lead yang sama. Ya, karena lead-nya sudah baik. Makanya tadi saya bilang, great job!
==================================================
Bagi Reporter, Sense of News Lebih Penting
Modal utama reporter andal ternyata bukan bakat, melainkan sense of news. Yakni, kejelian si reporter dalam melihat peristiwa untuk diubah menjadi sebuah berita menarik.
"Sense of news juga bukan soal bakat, tapi dipertajam dengan latihan," kata Editor situs PNPM Perkotaan Nina Firstavina kepada hujanhitam.com melalui media komunikasi sosial whatsapp, Sabtu, 19 Oktober 2013.
Menurut Nina, agar sense of news reporter semakin terasah, mereka harus terus menerus melatih dirinya sendiri. "Tidak bisa instan. Kemampuan seperti ini harus terus diasah. Latihlah diri sendiri dalam melihat angle atau sudut pandang suatu peristiwa. Teruslah menulis dan pantang menyerah agar kemampuan diri terus berkembang," ujarnya.
Mantan reporter media cetak nasional di Jakarta ini juga memaparkan, setelah sense of news berikutnya adalah kejelian memilih lead, atau kepala berita. "Tulisan yang bagus itu tergantung kepada kepala berita atau lead-nya. Ada beberapa trik dalam memilih lead yang menggigit," Nina menuturkan. Di antaranya, hal yang paling baru, paling unik, atau paling berbeda untuk diangkat sebagai lead.
"Lead yang menggigit atau menarik biasanya diambil dari statement narasumber, atau bahkan soal sikap narasumber yang dinilai ajaib," tandasnya.
==================================================
Nah, kalau dicermati hasil editing-nya, tulisan saya cenderung lebih panjang ya? Tapi coba lihat lagi, kalimat-kalimatnya lebih lugas. ^_^ *ngeles* Iyaa.. soalnya ada beberapa hal yang suka dilupakan Uyha, yaitu unsur 5W+ 1H, terutama soal waktu wawancara dan tempatnya. *kelitikin Uyha*
Meski begitu, saya harus akui Uyha sudah melakukan pekerjaan yang baik:
1. Reporter betul-betul bertindak sebagai pewarta/corong/media penyampai dan tidak beropini. *jempol*
2. Pemilihan lead sudah cermat, to the point--tidak mengulang-ulang kalimat langsung dan tidak langsung. *jempol*
3. Yang masih kurang dari Uyha adalah penggunaan keterangan pengganti narasumber. Saya hanya mencantumkan keterangan tambahan yang relevan dengan tulisan, sebagai pendukung kekuatan isi berita (bicara integritas isi tulisan dan kapasitas narasumber)
4. Jagalah fog index. Apa itu? Fog index ialah jumlah kata yang ada dalam satu kalimat. Fog index yang baik berjumlah 11-17 kata per kalimat. Maksimal 21 kata. Lebih dari itu, kalimat akan susah dicerna ataupun dimengerti oleh pembaca. Fog index yang kepanjangan berpotensi membuat berita menjadi rancu. Jadi, Uyha, jagalah fog index-mu. Hehehe..
5. Jangan lupakan 5W+1H ya! Penting banget!! *kelitikin Uyha* Kenapa penting? Gini lho.. kecenderungan orang mau mendengar atau membaca berita adalah jika berita itu menggelitik rasa ingin tahunya.
Diawali dengan teori proximity (kedekatan lokasi/TKP tulisan). Orang Makassar akan lebih tertarik mendengar/membaca berita tentang Makassar dibandingkan berita tentang Afghanistan. Ini teori proximity namanya. Itu soal tempat (where). Gimana soal waktu? Well, siapa sih yang mau dengar/baca berita yang sudah basi? Contoh: Wah...ada kebakaran besar! | Di mana? | Di Pasar Minggu. | Wah...daerah rumah saya tuh, kapan? | Dua minggu lalu. | *plakk*
Yah, setidaknya jadi ketahuan kapan kebakaran itu berlangsung. Ya nggak? ^_^
Yak, satu hal lagi yang bikin saya asli shock adalah ketika Uyha mengirim foto snapshot buku catatan dia yang berisi tips-tips tadi. Waaaahhh! Ternyata dia mencatat semua tips saya itu di buku catatannya. Saya jadi terharuuuu... T_T Uyha tampak senang sekali mendapat ilmu baru, dan saya senang sekali kalau ilmu saya ini bisa berguna untuk sahabat-sahabat. Hiks.. *melap ingus*
snapshot buku catatan Uyha (1) |
snapshot buku catatan Uyha (2) |
Nah, buat comrades lainnya, apapun yang ingin dipelajari, pelajarilah. Seriuslah. Belajar dari semangat Uyha ini. Ayooo, jangan mau kalah... ^_^
Terakhir, Uyhaaa aku minta izin foto catatannya di-share di sini yaa.. Good luck and God's speed.
Love you, little sister.. :*
4 komentar:
Untuk waktu luang dan sgala ilmunya, terima kasih Mbak.... Smoga muridmu ini tidak bandel dan melupakan hal-hal bermanfaat yang Mbak sampaikan...
Sama-sama, adikku sayang. Sebuah kehormatan untukku bisa berbagi dengan reporter setekun dikau.. ^_^ Semoga sukses terus ya, sayang..
asiknya saling sharing :)
@ Om Icot: ASyik banget, Om.. Mau ikutan? :D
Posting Komentar