Sebenernya saya nulis cerita ini sudah lama sekali. Sekitar tahun 2004. Berhubung kemarin kamerads saya The Kacruters membuat tantangan #TheKacrutMenulis dengan tema baru--dan kebetulan temanya adalah SURAT"--saya pikir...nah, cerpen ini sajalah yang saya tampilkan lagi. Diperbaharui sedikit. Yang penting muatan filosofinya nggak hilang. Hehehe.. Intinya, saya ngga cheat kan? Hahahaha..
Selamat membaca..
Dear Jo,
Apa kabar? Semoga semua baik-baik dan lancar ya! Bagaimana sakitmu itu? Harus operasi kah? Semoga kamu cepat sehat lagi ya, Jo! Aku selalu mendoakan kebahagiaanmu..
Jo, aku dengar sekarang kamu berubah jadi pemurung lagi? Berubah, dong. Jangan begitu! Kamu hanya membuat keluargamu kuatir. Aku juga kuatir lho.. Juga membuatku merasa bersalah. Aku tahu aku salah, tapi kamu pun ada andil, penyebab semua ini. Kupikir, sudahlah, tinggalkan sifat mencari-cari, menerka-nerka, kesalahan siapa ini. Karena tidak akan ada habisnya!
Jo, kita belum mati. Dan syukurlah kiamat belum datang, masa depan masih selalu ada. Dunia akan baru benar-benar berakhir ketika Tuhan mencabut cinta kasih-Nya! Jadi kamu tidak akan apa-apa ketika Tuhan mencabut cinta kasihku terhadapmu. Aku yakin kamu cukup dewasa untuk mengerti ini semua.
Oke lah, tidak apa-apa untuk beberapa saat kamu akan begini. Penuh kemarahan. Kebencian. Aku pernah mengalaminya. Tapi cobalah untuk tidak membuat orang-orang yang mengasihimu kuatir.
Aku maklum kalau keluargamu membenci aku karena aku membatalkan pertunangan kita. Mereka pasti berpikir aku hanya mempermainkanmu. Aku maklum. Aku hanya bisa berbesar hati. Mereka "hanya" tidak tahu apa alasan sebenarnya. Jadi mereka membuat asumsi sendiri-sendiri.
Lagipula aku juga tidak perlu menjelaskan semua alasanku pada seluruh dunia kan? Untukku, itu tidak masalah. C'est la vie! Inilah hidup! Tidak selalu mulus. Dalam perjalanan hidup ini akan selalu ada pro dan kontra terhadap kita.
Aku hanya mencoba menjalani hidup sebaik-baiknya. Memilih jalanku dengan baik agar masa depanku tidak malah membunuhku (baik secara lahir maupun batin).
Dalam perjalanan hidup, kadang aku juga harus membuat keputusan yang tidak aku sukai, tapi itulah yang kuyakini terbaik untukku. Aku hanya percaya bahwa apapun takdir yang Tuhan berikan padaku—meski awalnya terasa menyakitkan—tapi selalu terbukti, rencana Tuhan adalah yang terbaik untukku. Syukurlah manusia dikaruniai ingatan yang paling buruk di dunia. Jadi semua kejadian lalu yang menyakitkan dalam hidup, perlahan akan kita lupakan dan kelak hati kita akan sembuh lagi. Aku percaya itu. 'Been there, done that!
Aku sudah berkali-kali berkata, aku tidak tahu masa depan itu seperti apa? Makanya, saat aku memutuskan kita kembali berteman saja, itu tanpa bermaksud takabur sama sekali. Ingat lho, takabur tidak hanya ada dalam ucapan yang "tinggi", tapi bisa juga dari ucapan yang merendah! Jadi apapun ucapanku, semoga itu jauh dari ketakaburan. Aku tidak ingin mendahului ketentuan Tuhan.
Aku tidak menutup segala kemungkinan. Hanya saja aku harus jujur, ketika kamu datang lagi padaku dan mengatakan kamu masih mencintaiku, aku jadi gugup! Apalagi kamu "menuntut" aku untuk mengucapkan kata-kata yang sama. Aku bingung! Karena seperti yang kamu tahu Jo, aku tidak akan mengucap apapun yang bertentangan dengan lubuk hatiku. Meski itu white-lies sekalipun. Aku telah belajar bahwa kebohongan (bahkan white lies) tidak diperlukan dalam suatu hubungan! Aku sendiri terkejut bahwa aku tidak bisa membalas ucapanmu. Seakan-akan hatiku ini sudah membatu!
Jo, aku pernah bilang kan, kalau aku tidak bisa lagi menerima kekecewaan? Saat kamu mengecewakan aku (lagi), hatiku membuat pertahanan yang begitu kuatnya hingga ia melepaskan diri dari kasih sayang yang kamu tawarkan. Aku yakin pada kedewasaan hatiku dan kematangan pemikiranku. Tidak akan pernah lagi aku membuat keputusan yang kelak aku sesali! Saat aku memutuskan hubungan kita, aku tahu, aku tidak akan menyesalinya! Sesakit apapun akibatnya, aku yakin mampu melewati itu semua, cepat atau lambat.
Hidup terus berjalan dan aku tidak akan berhenti melangkah meskipun badai kehidupan memukulku kuat-kuat. Merasa gagal, sedih dan frustrasi, itu manusiawi. Yang penting aku tidak berhenti. Tidak boleh berhenti! Kalau aku terpuruk, aku akan berdiri lagi. Aku yakin, sifat seperti itulah yang Tuhan inginkan dari seorang manusia. Menjadi yang terbaik dan mampu memimpin. Minimal untuk dirinya sendiri, sebelum memimpin orang lain.
Terbayang tidak olehmu, mengapa Tuhan memilih kita untuk terlahir dan menjalani hidup di dunia fana ini? Mulai kita masih seukuran mikro dari setitik sperma, bersaing dengan milyaran saudara kita yang lain menuju ovum ibunda tercinta. Tapi kitalah yang menang menembus sel telur dan menjadi embrio, cikal bakal manusia. Tidak selesai di situ, kita terus berjuang untuk hidup dalam ruang berlapis tiga yang gelap namun hangat. Bertahan dari segala benturan. Saat lahir, kita lagi-lagi berjuang untuk bisa keluar dari rahim ibu.
Dengan bantuan nyawa ibu kita pulalah kita terlahir.
Bukankah ini artinya kelak dalam hidup, orang lainpun akan rela berkorban untuk kita agar kita selamat. Sudah selayaknya jugalah kita rela berkorban untuk orang lain yang kita sayangi, agar mereka selamat. Begitulah, Jo, segala makna hidup adalah perjuangan dan bertahan. Janganlah kamu mati saat kamu hidup!
Dan jangan lupa, kamu lelaki. Tuhan memberi otoritas untuk lelaki, yaitu "kekuasaan dan menguasai". Lelakilah yang selalu terpilih untuk memimpin dunia! Suka tidak suka, aku harus mengakuinya! (Hehe..) Perempuan? Tentunya bukan hanya sebagai perhiasan dunia! Perempuan dirupa begitu elok dan indah agar pasangan hidupnya merasa nyaman bersama dia. Secara fisik perempuan lemah, tapi secara mental, jangan ditanya! Perempuan lebih kuat dari lelaki. (Hayo ngaku!)
Survai membuktikan (hehe..) dibalik kekuatan lelaki hebat, ada perempuan bijak yang mengelolanya. Perempuan tidak diciptakan untuk menguasai, melainkan untuk meredam ego! Perempuan tidak diciptakan untuk memimpin dunia, melainkan untuk "memimpin" pemimpin dunia, dengan cinta!
Sayangnya, cintaku tidak cukup untuk membuatmu menjadi lelaki hebat. Maafkan aku!
Jo, aku percaya pada the chemistry between a man and a woman. Kalau tidak nge-klik, cinta tidak akan tumbuh. Jujur, aku sudah coba untuk bisa mencintaimu. Tapi kelihatannya hatiku tidak mampu menumbuhkannya untukmu, Jo.
Betul, aku memang sayang padamu, sejak awal aku sayang. Namun sayang bukanlah cinta. Setidaknya, untukku itu adalah dua hal yang berbeda. Mirip, tapi tidak identik.
Mungkin aku bodoh ya? Orang sebaik kamu, kenapa aku tidak bisa mencintaimu? Mungkin sekitarmu akan mengatai aku ini bodoh sekali sudah menyia-nyiakan kamu. Namun sungguh, aku tidak bisa bohong! Mungkin aku memang tidak tercipta untukmu, Jo.
Kalau aku memang mencintaimu, seharusnya kekecewaan semacam itu tidak menghalangiku untuk tetap menerima kamu apa adanya. Seharusnya, semakin aku cinta, semakin besar pula toleransiku terhadapnya. Tapi kita sudah lihat kan, kenyataannya? Kamu tahu sendiri.
Sebenarnya aku menerima kamu apa adanya, hanya saja tidak untuk sebagai pasangan hidupku! Kamu boleh mengatakan bahwa aku ini perempuan yang terlalu kaku atau konservatif. Silakan. Yang jelas, aku hanya mengikuti insting dan nuraniku. Aku memerlukan lelaki yang kuat secara mental, juga fisik. Karena, seperti yang kamu tahu, kadang aku merasa down. Batinku melemah. Hey, aku bukan perempuan lemah. Tapi, kuakui bahwa sesekali aku akan lemah, dan itu manusiawi kan? Tidak mungkin seseorang itu akan selalu kuat atau selalu lemah.
Momen seperti itulah, aku memerlukan dukungan seseorang yang bisa kuandalkan. Bukan seseorang yang malah ikut-ikutan merasa down hanya untuk mencoba memahami perasaanku. Kamu keliru, Jo! Yang kuperlukan adalah lelaki yang lebih tegar. Karena aku pun akan tegar untuknya! Aku tahu bahwa kamu sudah coba untuk berubah, seperti yang aku harapkan, namun tetap terasa janggal. Aku tidak bisa, Jo.
Aku tidak ingin menjalani hubungan karena aku merasa kasihan. Hal itu sudah lewat untukku. Sudah basi! Aku tidak lagi dalam tahap mencoba bertahan hanya karena kasihan dan berpikir cinta akan tumbuh dari situ. Telah belasan kali aku membuktikan, cinta tidak akan tumbuh karena rasa iba. Tidak akan!
Betul, cinta akan tumbuh karena simpati. Tapi, jangan lupa simpati berbeda dengan kasihan. Lagipula kamu tidak akan sudi kalau aku mengasihanimu, bukan?
That's it, Jo. I've spilled everything out. Semoga kamu bisa mengerti.
Aku mendoakan kebahagiaanmu. Aku berterima kasih kamu juga telah mendoakan aku. Kalau tidak, aku tidak mungkin merasa bahagia dengan Fadel dan anak-anaknya sekarang. Terima kasih, Jo. You'll always be my best friend!
Hugs,
xoxox
* * *
Mira terhenyak mendengar berita tersebut dari sebuah tayangan infotainment produksi stasiun televisi swasta. Ia memandang ngeri bumper mobilnya yang penyok akibat menabrak seorang pemabuk di Jalan Dewi Sartika.
Jangan-jangan, tadi malam itu...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar